Oleh : H. Muhammad Tambrin
Sepeninggal Rosululloh SAW, Malaikat Jibril
tetap turun kebumi. Tidak untuk menurunkan wahyu lagi, tetapi mengambil sepuluh
mutiara yang palig berharga dalam kehidupan manusia. Ketika Rosululloh dalam
keadaan sakit yang mengantarkan beliau wafat, Malaikat Jibril datang menemui.
“Setelah berbincang sejenak, Rosululloh SAW
bertanya kepada Jibril, apakahkamu nanti masih akan sering turun kebumi setelah
aku sudah meningal ?”
Jibril menjawab,”Masih ya Rosul, saya akan turun
sepuluh kali lagi kebumi, saya akan turun untuk mengambil sepuluh mutiara
dari bumi ini sepeningalmu”.
Roululloh SAW pun bertanya kembali “mutiara
macam apa yang akan kau ambil itu ?”. Jibril menjawab:
Mutiara pertama yang akan saya ambil dari muka bumi ini
adalah berkah. Para kiai biasa memaknai barokah dengan ziadatul khoyr. Ang
seara bahasa dapat diartikan tambah baik. Artinya, sesuatu itu diangap memiliki
keberkahan jika memang dapat melahirkan kebaikan yang lain. Misalkan, berdagang
yang berkah itu aka menjadikan pedagangnya makin banyak bersedekah dan ambah
rajin beribadah. Begitu pula ilmu yang barokah itu akan mrnjadikan pemiliknya
berperilaku semakin baik
Mutiara kedua yang diambil Jibril dari bumi adalah rasa
dari hati manusia, jika demikian, yang tersisa hanyalah benci.
Mutiara ketiga yang rasa sayang diantara keluarga, jikalau
harimau tidak akan memangsa anaknya sendiri, tetapi seringkal kita temukan anak
dan orang tua saling membunu, bahkan seorang ibu tega menjual bayinya.
Sepertinya, sepertinya rasa sayang antara keluarga semakin menipis. Namun
demikian, semoga Allah tetap melindungi kita semua.
Mutiara keempat keadilan dihati pemimpin, rasa-rasana
mengenai hal ini kita bersama telah pandai menilai. Apakah kekuasaan disekitar
kita masi menandung keadilan ? dapatkah disebut keadilan, jika terjadi tebang
pilih dalam penegakan hukum.
Mutiara kelima rasa malu dari perempuan. Rasa malu itu,
kini telah diubah menjadi rasa bangga, bahkan ebagian menggunakan alasan seni
demi menutupi malu yang telah hilang. Semoga, kita kita semua tehindar dari
semua itu.
Mutiara keenam kesabara dari para fakir. Perlu diakuibahwa
faktor yang mengondisikan negara miskin dan berkembang tetap aman dan tertata,
adalah keabara para fakirdalam menerima bagian mereka. Namun ketika golongan
fakir miskin ini tidak sabar dengan naib mereka, kesenjangan sosial bisa
berubah menjandikekacauan fisik. Inilah yang tergambar dalam prosesi premanisme
diberbagai kota.
Mutiara ketujuh Wira’i dan Zuhud dari ulama. Wira’i adalah
menjaga diri dari yang syubhat dan haram, sedangkan zuhud itu tidak
mementingkan harta dunia, keduanya merupakan karakter para ulama. Tetap, jika wira’i dan zuhud
telah hilang dariulama maka nilai keulamaannapun mulai berkurang.
Mutiara kedelapan, kedermawanan bagi orang kaya. Diantara
unsur yang dapat melanggengkan sirkulasi kehidupan ekonomi dan sosial disuatu
masyarakat kesabaran fakr dan edermawanan rang kaya. Keduana akan saling
mengisi. Namun,jika semua itu lenap, maka armonisme dalam suatu masyarakat
dapat hilang tergantika dengan unharmonisme.
Mutiara kesembilan mengangkat Al-qur’an, tepatnya menghilangkan
ruh Qur’an itu sendiri sebagai tuntunan dalam kehidupan. Memang, kemajuan
teknologi kini makin mempermudahtelinga kita mendengarkan lantunan ayat-ayat
A-qur’an. Melalui mp3,DVD,online bahkan uga tafsirnya dapat diperoleh dengan
mudah. Tapi semangat Qur’an itu sendiri, sekarang makin pudar bersama makin
mudahnya mendengarkan Al-qur’an. Meski demikian kita harus tetap berusaha
memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar Jibril tidak mengambil mutiara ini.
Mutiara kesepuluh yang diambil Jibril dari bumi, adalah iman.
Mungkin ini adalah mutiara paling berharga diantara semblan mutiara lannya.
Atau bisa saja ini urutan mutiara yang paling akhir yang akan diambil Jibril. Sebagaimana sruktur
teks hadits ini yang memposisikannya paling belakang. Imn itu ada dihati,
semoga Allah SWT menetapkanna dalam hati kita masing-masing
Sumber : Serambi Ummah, B. Post, edisi Jum’at
15 Maret 2013. Hal. 5
0 komentar:
Posting Komentar